I. DEFENISI
1. SURVEY
Survey merupakan pekerjaan awal yang paling penting dalam
suatu perencanaan SUTT karena survey akan menentukan jalur yang akan dilalui SUTT
2. ROUTE
Route
adalah jalur yang sudah ditentukan dengan patok patok sepanjang route
-
Pemberian tanda
-
Pemetaan
-
Jarak jarak horisontal
-
Perbedaan tinggi
3. PROFIL PLOTING
Menggambarkan secara lengkap keadaan medan
Transmissi
-
Keadaan rumah
-
Pepohonan
-
Jalan
-
Persilangan dengan transmissi yang lain
-
Pipa bawah tanah
-
Rel Kereta api
-
Sungai
-
Batu karang , tebing
, bukit yang mungkin dilalui transmisi
-
Perencanaan tinggi tower dan tinggi konduktor
4. TOWER PEGGING
Pemberian
tanda dimana tower akan didirikan, dalam pembarian tanda ini harus hati hati
karena kesalahan dalam pemberian tanda akan menimbulkan banyak kesulitan
5. CROSS DIAGONAL SECTION
-
![]() |
Kondisi tanah , letak tiang , datar atau miring
-
Luas tanah yang
dibutuhkan
-
Menggambarkan keadaan tanah sehingga dapat menentukan
kaki tiang
6. TOWER SCHEDULE
-
Daftar nomor tiang
-
Daftar type tiang
-
Daftar kaki tiang dan tingginya
-
Daftar type pondasi
-
Daftar jenis tiang
-
Daftar isolator
-
Daftar jarak tiang dengan tiang berikutnya
-
Daftar perlengkapan untuk kebutuhan tiap tiap tiang
7. SOIL INVESTIGATION
Mengadakan penyelidikan keadaan tanah
8. ROUTE CLEARING
Penebangan
pohon, pembongkaran rumah Dll. sehingga route tersebut betul-betul bebas untuk
SUTT.
9. ACCES ROAD
-
Jalan menuju lokasi tiang untuk pengangkutan
-
Perlengkapan penarikan
-
Material tiang
10. EXCAVASI
Adalah
penggalian untuk pondasi
![]() |
-
Berapa luas tanah yang dipergunakan untuk keperluan
tiang tersebut
-
Menentukan patok-patok untuk ponadsi
-
Menentukan titik-titik patok untuk penggalian tiap
pondasi
11. LEG EXTENTION
Pada
keadaan tanah datar kaki tiang sama panjang tetapi bila keadaan tanah miring maka
kaki tiang yang ada dibawah akan mengikuti titik senter dari tower (
perpanjangan kaki ).
12. LEVELLING
Level
pondasi pada tanah datar adalah sama dengan toleransi maksimum 1 cm tetapi pada
tanah yang miring memerlukan ketelitian karena level pondasi tidak sama.
13. BASE
Dasar tiang
bagian bawah

14. STUB

Baja yang
ditanam dalam pondasi
Stub disambung
dengan leg extention, leg extention adalah kaki tiang yang disambung dengan
seluruh body extention

15. SETTING LEVELLING

Level
pemasangan dengan toleransi 1 mm , level leg extention harus sama dengan
level stub dengan toleransi 1 mm lebih dari
1 mm tidak baik dan akan mengalami kesulitan dalam erection
![]() |
Setelah stub betul levelnya maka baru dilaksanakan pengecoran pondasi
16. PONDASI
Pondasi adalah bangunan yang menyangga suatu
konstruksi yang berada diatasnya.
Mengenai pondasi kita harus benar benar
mengetahui lebih dalam tentang pondasi
yang akan dibuat . dan komposisi material yang akan dipergunakan , pasir ,
semen , dan kerikil , air.
![]() |
17. FORM WORK CONCRATE ( CETAKAN BETON )
Cetakan
beton sesuai dengan type pondasi
Penggunaan
tanah urug ( Back Filling ) , ponadsi dibiarkan sekurang kurang nya 8 hari
18. TOWER
Tower
adalah suatu konstruksi besi siku yang dipergunakan untuk menyangga konduktor.
Pekerjaan
tower :
-
Transportasi : Pengankutan material tower kelokasi dengan tower yang cukup berat
-
Assembling : Perakitan bagian bawah tower sebelum
dipasang (hanya sebagian kecil)
-
Erection :
Penyetelan tower pada pondasi setelah selesai dirakit dibawah
-
Stringing : Penarikan kawat
Penentuan penempatan
aspel konduktor dan aspel kawat tanah yang berpedoman pada profile keadaan
tanah sehingga mudah untuk menempatkan mesin penarik , bila tidak memungkinkan maka lokasi harus dirubah.
-
Pulley Block Insulator : Montage roll yang akan
dipasang harus disesuaikan dengan diameter konduktor yang akan ditarik.
19. PULLING OUT
Pelaksanaan
penarikan konduktor dan kawat tanah untuk pelaksanaan stringing.
20. SAGGING
Pengaturan
lendutan kawat
Jarak dari kawat
tersebut bila ditegangkan dan jarak kawat dari tanah sehingga dapat menentukan
harus berapa tarikan yang harus dilakukan.
![]() |
Setelah
selesai di sagging kemudian dilakukan Clamping
dengan memasang suspension clamp.
21. SPACING
Pemasangan
spacer untuk mengikat kawat dimaksudkan agar supaya pergerakan kawat bundle
dapat bersama-sama ( seirama ) juga
berfungsi sebagai peredam getaran kawat . Jumlah spacer tergantung dari jarak
gawang .
22. ACCESSORIES
-
Plat nomor tower ( monitoring )
-
Damper
-
Arcing Horn dan lain-lain
23. REVISION
Pengecekan ulang
24. EARTHING
Pemeriksaan
pentanahan , bila tidak ada agar
dipasang . untuk menyalurkan tegangan pada tower ke tanah.
25. FINAL REVISION
Pengechekan
terakhir dengan perlengkapannya
26. GROUND RESTORAT
Pemeriksaan
dibawah SUTT harus betul-betul bersih
27. TAKING OVER
Penyerahan
dari Proyek ke PLN dalam hal ini setelah dilakukan pemeriksaan bersama.
28. ROUTE
Jalan yang
menghubungkan dua tempat yang paling ekonomis adalah jalur yang lurus , mengingat
keadaan tanah gunung , sungai dan tempat-tempat yang tidak boleh dilalui maka
jalur tersebut akan berbelok-belok.
Dalam
praktek untuk memilih route kita akan dihadapkan dengan beberapa masalah ,
salah satu diantaranya adalah sudut belokan , ini adalah termasuk dalam
perhitungan penentuan route.
29. TERRAIN ATAU TRACE
Dalam
menentukan route kita akan menemukan Danau , Bukit , Batukarang , Sungai ,
karena pada tempat tersebut tidak mungkin didirikan tower oleh karena itu kita
harus mencari tempat yang seekonomis mungkin untuk menempatkan tower sehingga
terhindar dari kondisi tersebut.
II. BAGIAN BAGIAN DARI TRANSMISSION LINE
1. TOWER
Adalah
tiang dengan syarat-syarat yang dapat memikul beban konduktor yang cukup berat
sesuai dengan konduktor yang akan dipergunakan.
Jenis-jenis
tower :
-
Piramid Tower
-
Portal Tower
-
Guyed tower dimana tower tersebut hanya diperkuat
dengan kawat skur
2. EARTH WIRE
Kawat petir
dipergunakan untuk mengamankan sambaran petir pada konduktor dimana sambaran
petir tersebut dapat diserap oleh kawat petir.
3. CONDUCTOR
![]() |
Konduktor adalah suatu media untuk mengalirkan daya listrik yang cukup jauh , setiap fasa dapat berupa 1,2,3, konduktor dan apabila untuk setiap fasa terdiri lebih dari dua konduktor maka disebut Bundle Conductor.
Konduktor
adalah yang mampu mengalirkan energi listrik , dalam hal konduktor ACS R energi
listrik disalurkan melalui kawat Aluminium , sedangkan inti baja berfungsi
sebagai penguat untuk menarik pada konduktor terserbut.
Diameter kondotor mulai dari 10 , 50, 100 mm dan seterusnya.
Dalam penggunaan konduktor dapat dengan sistem
bundle untuk diameter tertentu dimana ukuran diameter konduktor dapat lebih
rendah tetapi daya salur energi listrik tetap sama
4. INSULATOR
Fungsinya adalah sebagai penyekat antara bagian
konduktor yang bertegangan dengan tower yang diketanahkan.
Permukaan isolator dibuat berlekuk lekuk yang
maksudnya untuk menghindarkan air hujan jangan sampai menghubungkan bagian yang
bertegangan dengan tower yang ditanahkan akibat dari air hujan.
Jumlah isolator tergantung dari tegangan sistem
yang dipergunakan.
![]() |
Tegangan semakin tinggi semakin banyak isolator yang dipergunakan dalam satu rangkaian untuk mendapatkan jarak yang cukup untuk menghidarkan terjadinya lompatan api listrik.
Untuk daerah yang berkabut misalnya daerah
pantai dipergunakan jenis isolator antu fog dan untuk daerah yang kering
dipergunakan jenis isolator jenis normal
Diameter
isolator bermacam-macam tergantung tegangan kerja yang dikenakan makin tinggi
tegangan sistem makin besar diameter isolator.
5. FITTING
Fitting
adalah seluruh material yang dipergunakan untuk mengikat atau memegang
sepanjang penghantar yang berhubungan dengan penyaluran tenaga listrik.
6. JOINT
Joint
adalah penyambungan , mengingat panjang konduktor dalam haspel hanya beberapa
meter sedangkan panjang SUTT cukup jauh maka konduktor perlu disambung.
Pertama penyambungan antara inti baja dengan
inti baja kemudian di press kemudian baru aluminiumnya.
7. SUSPENSION SET
Adalah perlengkapan untuk memegang konduktor
agar tidak jatuh , suspension klem ini terdiri dari beberapa bagian .
8. SPACER
Spacer adalah pengikat antara konduktor dalam
satu fasa pada penghantar bundle ,
jumlah spacer tiap gawang tergantung
jarak gawang dan jenis konduktor.
9. DUMPER
Dunper berfungsi untuk mengurangi getaran pada
suspension clamp akibat tiupan angin ,
karena apabila getaran tersebut tidak dikurangi akan dapat mengakibatkan
kerusakan konduktor pada suspension clamp.
10. PROTECTION RING
Protection
ring adalah untuk menghindarkan terjadinya loncatan api listrik akibat
kelebihan muatan sehingga loncatan api
listrik terjadi antar protective ring bukan antara konduktor dengan tiang.
11. JUMPER
Jumper
adalah konduktor penyambung pada tower
tension
12. MONITORING
Monitoring
adalah terbuat dari suatu plat yang menggambarkan susunan kawat fasa , nomor
tower , nilai tahanan tanah , tanda bahaya .
13. EARTHING GROUNDING
![]() |
Gearthing grounding adalah konduktor yang menyambungkan antara tower ke tanah pemasangannya mutlak diperlukan karena apabila tower tersambar petir dapat langsung diketanahkan sehingga tidak membahayakan manusia dan tidak menimbulkan gangguan.
Type Earth
Ground tergantung pada keadaan tanah , karena setiap jenis tanah mempunyai
tahanan tanah yang ber beda-beda,
14. TYPE TOWER
Untuk jalur
yang lurus dipergunakan jenis tower
pikul atau suspension tower dan diperbolehkan dengan sudut belokan yang kecil
sampai dengan 2o sedangkan untuk tower penegang atau
tension tower dipergunakan untuk belokan dari
0o s/d 60o dan juga dipergunakan untuk jalur
yang lurus , misalnya dekat sungai , crossing dengan jalan tol dan sesuai dengan kebutuhannya.
Jenis Dead End
Dipergunakan
untuk tiang terakhir dimana konduktor
berikutnya masuk ke Switch yard .
Jenis Special
Suspension Tower
Jenis tower
ini merupakan jenis tower suspension yang diperkuat dan dipergunakan untuk
sudut belokan antara 0o s/d 5o .
Earth Wire
Fungsi
kawat petir adalah untuk melindungi konduktor dari sambaran petir langsung ,
sambaran petir yang mengenai kawat petir disalurkan langsung kebumi.
Kawat petir
dipasang pada bagian paling ujung dari tower , kawat petir terbuat dari kawat
baja yang di Galvanis , yang dihubungkan langsung dengan tower , dan tower
dihubungkan langsung dengan tanah.
Sudut
perlindungan petir yang paling ideal adalah
0o dan sudut maksimum adalah 30o .
Untuk
memperluas daerah perlindungan maka kawat petir diletakan lebih tinggi
D1 / H1 = tan
15 o
D2 / H2 = tan
15 o
D3 / H3 = tan
15 o

15. ELECTRICAL CLEARANCE
Electrical
Clearance adalah jarak paling aman dari konduktor , electrical clearance ini
harus dipertimbangkan besarnya
simpangan kekiri dan kekanan oleh gaya transversal yang menyebabkan konduktor tersebut bergoyang
, simpangan tersebut membentuk sudut simpangan sebesar 15 o kekiri dan
kekanan ,
Besarnya electrical clearance juga tergantung
dari besarnya tegangan transmisi.

III. FONDATION

Pondasi adalah suatu bangunan untuk membuat suatu tower dapat didirikan
Gaya yang bekerja pada pondasi adalah : 1 .
Gaya angin
2 .
Gaya berat
pada
pondasi harus dibuat kuat karena kalau tidak kuat tower tersebut akan roboh , pada pondasi akan
bekerja dua macam gaya yaitu :
a, Gaya vertikal yang disebabkan oleh beratnya
tower itu sendiri
b. Gaya transversal yang disebabkan oleh adanya
tiupan angin
Pondasi adalah bangunan yang berada dibawah
tanah yang kekuatannya dipengaruhi oleh keadaan tanah dimana pondasi tersebut didirikan,
jenis-jenis tanah adalah sebagai berikut
-
tanah normal
-
tanah berlumpur
-
tanah berpasir
-
![]() |
tanah berbatu
Type
pondasi dibuat sesuai keadaan tanah .
1. NORMAL PONDATION
![]() |
![]() |
Pondasi ini digunakan bila keadaan tanahnya normal
![]() |
Keadaan tanah dikatakan normal apabila Bearing Capacity ( Kemampuan tanah menahan berat ) atau sering juga disebut Sigma Tanah adalah kurang lebih 2 Kg /Cm 2 .
Ukuran H
dan L tergantung dari type tower, juga tergantung dari gaya vertikal.
Untuk
pondasi tower transmisi tegangan 70 Kv ,
150 Kv dan 500 Kv untuk pondasi jenis normal adalah sama hanya ukurannya yang berlainan.
2. SPECIAL PONDATION
Pondasi ini
dipergunakan untuk keadaan tanah yang lembek .
Untuk
pondasi jenis ini tidak perlu tinggi tinggi namun harus lebar , untuk menjaga
agar tower tidak roboh maka Lx L = L2 harus luas
![]() |
Untuk pondasi jenis ini bila keadaan tanahnya lembek yang pada umumnya Bearing Capacitynya rendah sekitar 0,5 Kg / Cm 2 sehingga daya tahan terhadap berat cukup kecil.
3. ROCK PONDATION
Jenis
pondasi ini digunakan pada daerah yang berbatu-batu dimana tanah didaerah
tersebut mempunyai bearing capacity > 5Kg / Cm 2 .
Untuk pondasi jenis ini H dan L tidak perlu sebesar pondasi normal (
lebih kecil dari pondasi normal ) karena kondisi tanah yang keras maka
penggaliannya tidak teratur.
![]() |
Pada pondasi jenis ini Chimney tidak perlu tinggi-tinggi antara 30 s/d 50 Cm hanya untuk membungkus besi Stub agar tidak karatan. Untuk itu semua pondasi dicor.
![]() |
Perbadingan volume penggalian antara pondasi Normal , Special , Rock
4. RAFT PONDATION
![]() |
Jenis pondasi ini digunakan untuk daerah yang keadaan tanahnya sangat lembek dan berair , untuk jenis raft ketinggian pondasi kurang lebih 50 Cm namun L x L = L2 cukup luas dan lebih besar dari pondasi special jadi seperti rakit dan seolah–olah pondasi tersebut mengambang.
Kira–kira
sepuluh tahun terakhir ini sudah dipikirkan bagaimana membuat pondasi untuk
tower transmisi yang cukup effisien , hal ini disebabkan karena hal –hal
sebagai berikut
-
masalah transportasi
-
masalah biaya
-
masalah waktu penyelesaian
Karena dari volume pondasi yang cukup besar
-
Jenis
pondasi normal kira-kira volumenya 20 m 3 .
-
Jenis
pondasi special kira-kira volumenya 60 m
3 .
-
Jenis pondasi rock kira-kira volumenya 10 m 3 .
-
Jenis
pondasi raft kira-kira volumenya 100 m 3 , dan dapat lebih besar lagi
Maka
diciptakan jenis pondasi yang dinamakan jenis Auger.
5 . AUGER PONDATION
Jenis
pondasi ini diciptakan karena kondisi medan
yang cukup sulit sehingga dipikirkan
bagaimana caranya agar pondasi tersebut mudah mengerjakannya , rendah
biayanya serta cepat penyelesaiannya,
pondasi jenis Auger ini sebagai pengganti type normal.
![]() |
Untuk membuat pondasi jenis auger ini dibuat lobang dengan ukuran dalam 1 meter lebar dan panjang 2 meter , kemudian dibor dengan jumlah lobang pengeboran antara 1,2,3,4,5,6,7 dst, dengan kedalaman antara 8 s/d 10 meter dan diameter lobang antara 30 s/d 40 centi meter , penggalian bagian atas hanya untuk Chimney saja dan pengecoranya sangat kecil kira-kira 2 m3 .
Pondasi jenis ini sangat kuat karena adanya
gaya gesek antara pondasi dengan tanah disekitarnya , dan ekonomis.

Untuk menggabungkan semua kolom agar menjadi satu kesatuan maka digabung dengan slub, setelah kolom diadakan pembesian kemudian dilakukan pengecoran kemudian digabungkan menjadi satu dan dicor sehingga terbentuklah slub.
6. ROCK DRILLED
Jenis
pondasi ini adalah merupakan perbaikan dari type Rock , pondasi ini dibuat dengan membuat
beberapa lobang dengan diameter 10 cm dan kedalaman antara 6 s/d 10 meter cara
membuat lobang dengan menggunakan peralatan yang disebut Jack Hammer
Setiap lobang
diadakan pembesian dan hanya diberi satu batang besi beton dan pada setiap batang diberi cabang-cabang
yang dilas untuk menjaga agar batang besi beton tepat ditengah-tengah .
Setelah
pembesian kemudian dilakukan pengecoran dengan semen cair dan sedikit pasir dan
juga menggunakan Vibrator, yaitu alat untuk memadatkan semen agar tidak terjadi
rongga , hal ini sangat penting karena diameter lobang hanya 10 cm.
![]() |
Pengecoran tidak menggunakan concrate karena concrate terdapat kerikil –kerikil yang dapat mengakibatkan rongga-rongga , setelah pengecoran kemudian dilakukan penggabungan menjadi satu kesatuan dengan slub, dan Chimneynyapun sangat kecil.
Pondasi
jenis ini sangat kuat bagaikan pohon dengan akar-akar yang menancap sangat
kuatnya disamping itu biayanya sangat ekonomis , mudah pengerjaannya dan
transportasinya ringan.
Dari keenam
jenis pondasi ini semuanya tergantung dari keadaan tanah , sedangkan pada type
spesial masih ada pengembangannya yaitu yang disebut Special Pile
7. SPECIAL PILE
![]() |
Jenis pondasi ini merupakan pengembangan dari jenis pondasi special , pondasi ini dibuat dari concrate dan dibuat terlebih dahulu ( dicetak ) dengan penampang bujur sangkar dengan ukuran 30 x 30 atau 40 x 40 atau berpenampang lingkaran dengan diameter 30 s/d 40 cm.
Setelah
cukup keras kemudian dipancang kedalam tanah dengan menggunakan hammer.
Setelah
terpancang semua kenudian digabung menjadi suatu kesatuan oleh slub.
Jenis
pondasi dibuat demikian karena keadaan tanah yang lembek.
Untuk
kondisi tanah yang labil jenis pondasi ini juga sering digunakan dengan
kedalaman lebih dari 10 meter dengan cara cetakan beton tersebut disambung,
yaitu dengan cara setelah batang pertama
dipancang sampai masuk semua kedalam tanah kemudian disambung batang berikutnya
dengan plat besi dan dilas , dan dipancang lagi sampai mencapai tanah yang
stabil

Banyak macam jenis pondasi sehingga banyak pula jenis stub tergantung dari keadaan tanah dan jenis pondasi , stub mempunyai banyak ukuran , stub adalah bagian paling bawah yang ditanam dalam concrate.
IV. PEMBESIAN
Untuk
semua pondasi dibutuhkan pembesian yang akan dicor, pembesian ini diperlukan
terutama pada ukuran sbb :
a)
Bila a/b
< 1
b) Bila sudut kemiringan lebih kecil dari 45o
Pembesian untuk keadaan tersebut
diperlukan karena bila tidak diadakan pembesian
pondasi tidak akan kuat dan akan membahayakan .
Syarat
pembesian :
![]() |
1. Pembesian pada Special Pondasi
Karena
H/L < 1 disamping itu juga kemiringan
< 45 o
maka diperlukan pembesian tanpa pembesian pondasi tersebut akan pecah
karena beban yang disangga lebih dari sepuluh ton, untuk pondasi normal dapat
tidak menggunakan pembesian karena pada umumnya plinth selalu dibuat lebih
besar dari 45 o disamping itu juga slub cukup
tebal sehingga pondasi tidak pecah, juga
a/b > 1
2.
![]() |
Pembesian pada Raft Pondation
Karena a/b < 1 maka diperlukan pembesian tanpa
pembesian pondasi tersebut akan pecah , untuk pondasi jenis Rock dapat dibuat
tanpa pembesian karena a/b = 1 sehingga
tanpa pembesian pondasi tersebut tidak akan pecah.
![]() |
.
3. Pembesian pada Pondasi Auger
![]() |
Pada pondasi Auger karena Diameter kolom antara 30 s/d 40 cm sedangkan panjang kolom adalah antara 800 s/d 1000 cm atau a/b = 30/800 << 1 (kecil ) maka diperlukan pembesian.
4. Pembesian pada Pondasi Rock Drilled
Pada
pondasi rock Drilled perlu dilakukan pembesian karena a/b = 50/100 < 1

V. ROUTE
Untuk menentukan route suatu transmisi maka dilakukan
langkah-langkah sebagai berikut
1.
Langkah pertama untuk menentukan route adalah dengan
cara memperkirakan letak route dengan
melihat pada peta
2.
Langkah kedua adalah dengan menghubungi pihak
berwenang mengenai route dan juga mengadakan pendekatan kepada masyarakat untuk
mendapatkan persetujuan , bila tidak mendapatkan persetujuan maka route harus
dipindahkan ( pilih yang lain ) dan merevisi route yang telah direncanakan ,
dalam menentukan route walaupun berbelok-belok tetapi dipilih route yang paling
menguntungkan , Jalur terbaik bagi route suatu transmisi adalah jalur yang
lurus , tetapi dikarenakan keadaan medan maka jalur transmisi yang lurus sulit
dilaksanakan , oleh karena itu jalur transmisi terbagi menjadi seksi-seksi
jalur lurus.
3.

Langkah ketiga adalah setelah mendapat persetujuan yaitu dengan terjun kelapangan untuk memberi patok tanda ( Pegging ) sepanjang route yang akan dilalui dimana tower akan didirikan . pemberian tanda patok adalah pada seksi pertama dari T ke A1 dilihat dengan tachometer , satu seksi ini bisa 1 km , 5 km , 10 km dst. Cara pengukuran adalah tentukan patok pertama dilihat dari titik T kemudian pindah ke patok No 1 yang telah ditancapkan untuk menentukan patok berikutnya dengan referensi titik T yaitu dengan melihat kebelakang demikian pula dengan patok No.3 kita pindahkan instrumen ketitik patok No.2 dengan melihat patok No 1 kemudian menentukan patok No.3 dan seterusnya.

Langkah ketiga adalah setelah mendapat persetujuan yaitu dengan terjun kelapangan untuk memberi patok tanda ( Pegging ) sepanjang route yang akan dilalui dimana tower akan didirikan . pemberian tanda patok adalah pada seksi pertama dari T ke A1 dilihat dengan tachometer , satu seksi ini bisa 1 km , 5 km , 10 km dst. Cara pengukuran adalah tentukan patok pertama dilihat dari titik T kemudian pindah ke patok No 1 yang telah ditancapkan untuk menentukan patok berikutnya dengan referensi titik T yaitu dengan melihat kebelakang demikian pula dengan patok No.3 kita pindahkan instrumen ketitik patok No.2 dengan melihat patok No 1 kemudian menentukan patok No.3 dan seterusnya.
Tanda
harus tetap terlihat , cara penandaan sedemikian karena kita tidak dapat patok
de\idepan , maka harus melihat kebelakang agar antara titik T ke A1 tetap lurus.
Dalam
praktek titik A1 tidak selalu terlihat dari titik T tergantung keadaan medan untuk itu
dibedakan menjadi tiga keadaan medan :
1.
Titik A1 dapat dilihat langsung dari titik T
2.
![]() |
Titik A1 dapat dapat dilihat dari titik tertinggi yang ada diantara titik T dan A1
3.
Titik A1 sama sekali tidak dapat dilihat dari titik T
Kesalahan Pengukuran
Dalam
pratek pengukuran sering terjadi kesalahan ukur yang disebabkan oleh kesalahan
pengukuran maupun kesalahan alat ukur , untuk itu ada cara-cara agar kesalahan
itu tidak terjadi , misalkan kesalahan ukur pada alat sebesar 5 cm maka semakin jauh dan semakin banyak patok
semakin besar kesalahannya , sehingga makin banyak patoknya semakin besar
kesalahan yang timbul.
Untuk
mengatasi terjadinya kesalahan tersebut dilakukan cara-cara sebagai berikut :
Pertama-tama
kita tentukan patok No.1 setelah didapat patok No.1 dari patok No.1 kita
melihat kebelakang (T) Kemudian melihat patok No.2 , kesalahan misalkan ada
disebelah kanan , beri patok sementara pada titik tersebut , setelah itu
instrumen kita putar 180o sehingga menghadap kebelakang
kemudian kita balik menghadap kedepan dan kesalahan pengukuran ada disebelah
kiri kemudian diberi patok sementara , dari kedua patok sementara itu kita
ambil tengah-tengah yang merupakan letak patok yang sebenarnya (patok yang kita inginkan)
Begitulah
selanjutnya sehingga kita mendapatkan patok-patok yang lurus .
1.

Bila keadaan medan dapat melihat dari titik T ketitik A1 pengukuran dapat mudah dilakukan tetapi dengan cara-cara seperti diatas agar letak patok tetap lurus

Bila keadaan medan dapat melihat dari titik T ketitik A1 pengukuran dapat mudah dilakukan tetapi dengan cara-cara seperti diatas agar letak patok tetap lurus
2.
Bila keadaan medan
tidak memungkinkan untuk melihat langsung maka dicari titik tertinggi agar
dapat melihat titik T dan titik A1
Setelah
didapat titik tertinggi maka dicari titik-titik yang benar dengan cara
memindah-mindah titik tersebut pada satu garis A-B dengan cara dicoba-coba
antara kiri kanan titik yang kita inginkan , dalam hal menentukan titik
tertinggi ini , bila terjadi kesalahan antara 2 - 3 cm itu tidak menjadi
masalah karena kita hanya menentukan satu titik, kemudian menentukan titik-titik ( patok-patok
) seperti cara diatas agar tidak terjadi kesalahan .
![]() |
3.
Bila keadaan medan
tidak memungkinkan sama sekali untuk melihat titik T dan A1 maka dibuatlah
patok-patok sementara.
![]() |
Dalam praktek keadaan medan 99% ditemui seperti ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar